Teologi Pluralisme

Latar Belakang dan Perkembangan Pluralisme
Pada dasarnya pluralisme memiliki arti antropologis, religius dan theologis, ketiganya saling terkait. Agama dari satu sudut pandang adalah suatu aspek kebudayaan. Namun kebudayaan itu bukanlah keseluruhan agama. Karena agama dapat bersifat multikultural seperti agama Kristen. Sekalipun demikian, umat dari pelbagaia agama dapat mengambil bagian dalam kebudayaan yang sama. Dan pluralisme kebudayaan dapat didefinisikan sebagai : sikap menerima baik keanekaan kebudayaan, gaya hidup yang berbeda-beda di dalam suatu masyarakat, dan sikap percaya bahwa keanekaan ini memperkaya kehidupan manusia. Peter Berger merumuskan pluralisasi sebagai proses yang dengannya jumlah pilihan di dalam suasana pribadi masyarakatmodern secara cepat berlipat ganda pada semua tahap, khususnya pada tingkat pandangan dunia, iman, dan ideologi yang termasuk didalamnya agama. Dalam masyarakat yang mempunyai bermacam-macam agama, klaim kebenaran yang bersaing antara macam-macam agama yang berdampingan, semua mengatakan sebagai yang benar, yang keberadaannya dapat disebut sebagai sebuah pajangan yang dapat diambil oleh siapa saja,dan bila orang tidak lagi mau maka agama itu berhenti memiliki klaim kebenaran.
Dua orang teolog Jerman yang beraliran Pietisme yang radikal yaitu Johanes Wilhem Peterson dan Ernest Christoph Hockman mengajarkan mengenai pemulihan akhir dari jiwa-jiwa kepada Allah. Pandangan Universal ini akhirnya berkembang di Amerika, dan tokoh yang paling terkenal berkenaan dengan ini yaitu Friedrich Schleiermacher (1768-1834). Ia merupakan Bapak theologi Liberal modern yang menolak pengajaran Alkitab mengenai doktrin-doktrin yang sudah baku. Ia tidak mengakui penebusan bagi keseluruhan manusia dan agama Kristen hanyalah salah satu agama yang memiliki keselamatan sebagaimana agama yang lain juga . Kasih Allah yang besar menurut mereka tidak akan mengirim seorangpun kedalam neraka untuk menghadapi penghukuman kekal.
Seiring dengan itu dunia teologi mengalami perkembangan negatif. Kemunculan dan perkembangan universalisme akhirnya memunculkan teologi pembebasan dan teologi kemajemukan. Munculnya gerakan untuk memberantas penderitaan manusia dan bangkitnya kembali agama-agama tradisional juga membawa pengaruh besar bagi dunia theologi. John AT Robinson merupakan salah satu teolog universalis dari Inggris yang terkenal dengan pikirannya yang radikal mengenalkan teologi sekularisasi, dimana kasih Allah dijadikan kunci teologi sekularisasinya, dan menegaskan hakekat kasih Allah yang maha kuasa adalah menjamin keselamatan semua manusia di dunia ini. John Hick, seorang pelopor utama Pluralisme, mengubah posisinya yang tadinya berdasarkan pada keadilan Allah, menjadi posisi yang mendasarkan pada kasih Allah, dimana baginya penderitaan dan kejahatan manusia ini dapat dibenarkan jika Allah dapat membawa manusia kepada pemulihan akhir setiap manusia. Hal lain yang menjadi pemicu kemunculan ide Pluralisme adalah perkembangan filsafat terutama filsafat agama dan ketuhanan. Pemikiran-pemikiran para fisuf dan teolog yang tidak lahir baru membawa paradigmaparadigma dalam arus pemikiran teologi. Tokoh-tokoh yang membawa pengaruh yang cukup besar yaitu: Thomas Aquinas, Bertrand Russel, William James, John Locke, David Hume, Emil Bruner dan masih banyak lagi tokoh yang mempertanyakan kembali pemahaman kebenaran ketuhanan dalam agama Kristen yang sudah baku.

Pengertian pluralisme
Istilah Pluralisme secara singkat didefinisikan sebagai keadaan masyarakat yang majemuk (berkenaan dengan sistem sosial dan politiknya).  Pluralisme adalah sebuah kerangka di mana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama (koeksistensi) serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi dan Pluralisme juga bisa diartikan sebagai salah satu ciri khas masyarakat modern dan kelompok sosial yang paling penting, dan mungkin merupakan pengemudi utama kemajuan dalam ilmu pengetahuan, masyarakat dan perkembangan ekonomi.) jadi Istilah Pluralisme secara singkat didefinisikan sebagai keadaan masyarakat yang majemuk (berkenaan dengan sistem sosial dan politiknya dan  pluralism tidak bisa lepas dari kehidupan sosial yang telah kita ketahui bersama bahwasannya manusia adalah mkhluk sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Selain itu banyak definisi lain yang menyangkut pluralisme dilihat dari beberapa aspek yang diantaranya adalah dari aspek agama yaitu sebagai berikut:
Secara agama, David Breslaur menyebut pluralisme sebagai: suatu situasi dimana bermacam-macam agama berinteraksi dalam suasana saling menghargai dan dilandasi kesatuan rohani meskipun mereka berbeda.
Sedangkan Walter dan Douglas menyebutkan: the recognition of the right of various religious groups e.g. Jews, Muslim, and Christians to be allowed to function lawfully in a society. Oleh sebab itu Newbigin memberikan pendapatnya yaitu:
Perbedaan-perbedaan antara agama-agama adalah bukan pada masalah kebenaran dan ketidakbenaran, tetapi tentang perbedaan persepsi terhadap satu kebenaran, ini berarti bahwa berbicara tentang kepercayaan-kepercayaan keagamaan sebagai benar atau salah adalah tidak diperkenankan. Kepercayaan keagamaan adalah masalah pribadi. Setiap orang berhak untuk mempercayai iman masing-masing, Inilah pluralism keagamaan. Selain itu juga ada perkembangan negative pada pertumbuhan teologi yaitu kemunculan dan perkembangan universalisme akhirnya memunculkan teologi pembebasan dan teologi kemajemukan. Munculnya gerakan untuk memberantas penderitaan manusia dan bangkitnya kembali agama-agama tradisional juga membawa pengaruh besar bagi dunia theologi. John AT Robinson merupakan salah satu teolog universalis dari Inggris yang terkenal dengan pikirannya yang radikal mengenalkan teologi sekularisasi, dimana kasih Allah dijadikan kunci teologi sekularisasinya, dan menegaskan hakekat kasih Allah yang maha kuasa adalah menjamin keselamatan semua manusia di dunia ini. John Hick, seorang pelopor utama Pluralisme, mengubah posisinya yang tadinya berdasarkan pada keadilan Allah, menjadi posisi yang mendasarkan pada kasih Allah, dimana baginya penderitaan dan kejahatan manusia ini dapat dibenarkan jika Allah dapat membawa manusia kepada pemulihan akhir setiap manusia. Hal lain yang menjadi pemicu kemunculan ide Pluralisme adalah perkembangan filsafat terutama filsafat agama dan ketuhanan.
Pemikiran-pemikiran para fisuf dan teolog yang tidak lahir baru membawa paradigmaparadigma dalam arus pemikiran teologi. Tokoh-tokoh yang membawa pengaruh yang cukup besar yaitu: Thomas Aquinas, Bertrand Russel, William James, John Locke, David Hume, Emil Bruner dan masih banyak lagi tokoh yang mempertanyakan kembali pemahaman kebenaran ketuhanan dalam agama Kristen yang sudah baku.
Dari defnisi diatas tampak bahwa pluralisme tidak menolak perbedaan tetapi menerimanya, malah menolak konsep yang membedakan khususnya eksklusivisme yang dapat mengganggu kesatuan yang mereka inginkan, bahkan melampaui taraf inklusif).Lebih lanjut jika kita teliti dari sejarah Kelahiran dan perkembangan Pluralisme modern, tidak terlepas dari mundurnya era modernisme yang digantikan oleh postmodernisme. Perkembangan dunia berlangsung begitu pesat, dimana selalu terjadi perubahan-perubahan baru. Di dalam dunia teologi pun tidak terlepas dari hal tersebut. Era modernisme yang didominasi oleh kaum Liberal berubah ke postmodernismenya kaum Pluralis. Kemunculan teologi-teologi kontemporer yang modern seperti: teologi pengharapan, teologi mesianis, teologi feminisme, membuka pemahaman baru bagi dunia teologi Liberal yang tidak lahir baru. Masalah kemajemukan agama serta dialog-dialog antar agama merubah kerangka berpikir teolog-teolog mereka yang tidak lahir baru.)

Pandangan Utama Pluralisme Modern
Ide tentang Pluralisme bermula dari pemikiran Bapa gereja yang mula-mula yang mengalami penyimpangan,  yaitu Clement dan Origens.  Clement mengatakan bahwa pengenalan akan  Allah bagi orang Yahudi adalah melalui Taurat, sedangkan bagi orang Yunani melalui filsafat dalam inspirasi Logos (Kristus).  Sedangkan Origens mengatakan bahwa pada akhirnya, semua mahluk akan diselamatkan termasuk setan. Pernyataan ini merupakan akar dari universalisme sekaligus sebagai akar dari Pluralisme.
Pandangan dan penolakan utama Pluralisme terhadap kekristenan adalah masalah Kristologi.  Kristologi yang mengisyaratkan berbagai gelar pada yesus yang merupakan sosok yang unik, Ia adalah manusia, tapi lebih dari manusia, Ia adalah nabi, tapi lebih dari sekedar nabi, Ia adalah malaikat, tapi lebih dari malaikat. Ia adalah Allah dan tidak ada yang melebihi Allah. Demikianlah Groenen dalam kekagumannya melihat misteri keberadaan Yesus. Topik mengenai Kristologi merupakan masalah yang sudah timbul sejak gereja mula – mula. Hal itu dapat kita lihat dalam tulisan – tulisan Rasul Paulus dan Yohanes. Persoalan masalah Kristologi itu terus berkembang sampai kepada zaman Thomas Aquinas hingga ke reformasi bahkan sampai zaman modern.
Metode Pendekatan Kristologi Dalam melakukan pendekatan Kristologinya kaum Pluralisme memakai dua metode.
Kristologi dari bawah Metode ini adalah metode yang berusaha untuk memahami keTuhanan Yesus yang dimulai dari manusia Yesus dari Nazaret, kemudian bertanya bagaimana caranya ia menjadi Allah. Metode ini disebut juga Voninten, metode yang sama juga dipakai oleh kaum Adaptionis. Walaupun kaum Pluralis banyak tidak setuju dengan metode ini, tetapi dalam membangun teologinya mereka berusaha untuk mengembangkan dan menjadikannya sebagai dasar doktrin mereka.
Kristologi Fungsional Kristologi fungsional menekankan pada karya Kristus, yaitu Apakah yang Yesus lakukan ? Kaum Pluralisme dalam bukunya “ Wajah Yesus di Asia “ mengatakan yang penting bukan siapakah Yesus melainkan dimana dia berada? Kaum Pluralis umumnya melihat Allah dari sudut manfaat seperti Allah mengasihi, memberi hidup. Kristologi fungsional ini merupakan jalan untuk mewujudkan Kristologi kontekstual. Berkenaan dengan Kristologi fungsional ini kaum Pluralis sangat berupaya mengembangkannya, hal ini terlihat dari buku “Wajah Yesus di Asia” dalam konteks pluralisme agama – agama

0 comments:

Posting Komentar