SEJARAH PERKEMBANGAN KOMPUTER (GENERASI KETIGA & KEEMPAT)


Generasi Ketiga
Walaupun transistor dalam banyak hal mengungguli tube vakum, namun transistor menghasilkan panas yang cukup besar, yang dapat berpotensi merusak bagian-bagian internal komputer. Batu kuarsa (quartz rock) menghilangkan masalah ini.
Jack Kilby, seorang insinyur di Texas Instrument, mengembangkan sirkuit terintegrasi (IC : integrated circuit) di tahun 1958. IC mengkombinasikan tiga komponen elektronik dalam sebuah piringan silikon kecil yang terbuat dari pasir kuarsa.

SEJARAH PERKEMBANGAN KOMPUTER (GENERASI KEDUA)


Dimulai pada tahun 1948, penemuan transistor sangat mempengaruhi perkembangan komputer. Transistor menggantikan tube vakum di televisi, radio, dan komputer. Akibatnya, ukuran mesin-mesin elektrik berkurang drastis. Transistor mulai digunakan di dalam komputer mulai pada tahun 1956. Penemuan lain yang berupa pengembangan memori inti-magnetik membantu pengembangan komputer generasi kedua yang lebih kecil, lebih cepat, lebih dapat diandalkan, dan lebih hemat energi dibanding para pendahulunya.

SEJARAH PERKEMBANGAN KOMPUTER (GENERASI PERTAMA)

 
Pada waktu Perang Dunia Kedua, negara-negara yang ikut dalam perang tersebut terus berusaha untuk mengembangkan komputer yang akan digunakan untuk mengeksploit potensi strategis yang dimiliki komputer. Karena hal ini, maka adanya peningkatan pendanaan dari negara untuk mempercepat pengembangan komputer serta kemajuan teknik komputer.
Dan pada tahun 1941, seorang insinyur jerman – Konrad Zuse berhasil membangun sebuah komputer Z3 yang digunakan untuk mendesain pesawat terbang dan juga peluru kendali.

THE MASTER-DISCIPLE RELATIONSHIP

By Houston Smith
When I was invited to give this lecture to honor Victor Danner, I knew that nothing short of physical incapacitation could prevent me from accepting. For long before the 1976-77 academic year in which, together with our wives, Victor and I guided thirty students around the world studying religions on location, I had come to regard him with a blend of affection and esteem that very few academic colleagues have drawn from me, and that trip vastly deepened our freindship.
And when I was asked for the titel for my remarks, that too came easily. It was clear to me that I wanted to speak to the master-disciple relationship, for two reasons. First, during that round-the-world trip I came to look u to Victor Danner as something like my master--not in the full-blown sense of that word that I will be describing here, but certainly as my mentor in matters far exceeding his expertise as an Islamicist.